Legenda dalam Kehidupan

- 6 mins

cover film The Fisher King

Judul : The Fisher King

Sutradara : Terry Gilliam

Tanggal Rilis : 27 Septeber 1991

Durasi : 137 menit

Genre : Comedy, Drama, Roman

Pemeran : Jeff Bridges, Robin Williams, Adam Bryant

It begins with the king as a boy, having to spend the night alone in the forest to prove his courage so he can become king. Now while he is spending the night alone he’s visited by a sacred vision. Out of the fire appears the holy grail, symbol of God’s divine grace. And a voice said to the boy, “You shall be keeper of the grail so that it may heal the hearts of men.” But the boy was blinded by greater visions of a life filled with power and glory and beauty. And in this state of radical amazement he felt for a brief moment not like a boy, but invincible, like God, so he reached into the fire to take the grail, and the grail vanished, leaving him with his hand in the fire to be terribly wounded. Now as this boy grew older, his wound grew deeper. Until one day, life for him lost its reason. He had no faith in any man, not even himself. He couldn’t love or feel loved. He was sick with experience. He began to die. One day a fool wandered into the castle and found the king alone. And being a fool, he was simple minded, he didn’t see a king. He only saw a man alone and in pain. And he asked the king, “What ails you friend?” The king replied, “I’m thirsty. I need some water to cool my throat”. So the fool took a cup from beside his bed, filled it with water and handed it to the king. As the king began to drink, he realized his wound was healed. He looked in his hands and there was the holy grail, that which he sought all of his life. And he turned to the fool and said with amazement, “How can you find that which my brightest and bravest could not?” And the fool replied, “I don’t know. I only knew that you were thirsty.

-– Parry

Robin Williams memang tak pernah mengecewakan! Seperti yang juga dikomentari oleh beberapa reviewer lainnya, penampilan Williams di The Fisher King adalah yang terbaik. Perannya kali ini sebagai seseorang yang mengalami gangguan jiwa menjadi bagian utuh film ini. Kali ini ia meruntuhkan wibawanya dan memunculkan persona lain yang butuh kreativitas tersendiri dalam menghayatinya. Memang kali ini Williams tidak seperti pada film-film yang ia mainkan pada umumnya, seperti di Dead Poets Society atau Good Will Hunting atau bahkan Good Morning Vietnam, yang mana ia memperlihatkan wibawanya sebagai seseorang yang berkarisma.

Selain itu, karena memang yang bisa membuat suatu film menjadi bagus adalah keseluruhan komponen dari film, Terry Gilliam telah dapat mengaduk semua komponen ini dengan baik, bersama Williams di dalamnya, untuk mengubah cerita karangan Richard LaGravenese yang mencoba mengadopsi legenda abad pertengahan inggris ke bentuk modern dengan tetap mempertahankan makna dan esensinya, menjadi salah satu karya yang tidak dapat kita abaikan begitu saja. Memang, dari plot yang tercipta, makna yang terkandung, hingga penghayatan peran aktor di dalamnya menyusun keseluruhan film menjadi sebuah bahan kontemplasi yang baik, diiringi dengan adukan emosi yang bisa bergejolak.

Film ini mengisahkan tentang seorang bekas penyiar radio, Jack Lucas (Jeff Bridges), yang depresi karena pekerjaannya memicu sebuah tragedi yang merenggut beberapa jiwa. Dalam usahanya untuk bunuh diri di tengah depresinya yang memuncak, ia malah bertemu dengan seorang gelandangan gila yang mengaku sebagai seorang ksatria dalam sebuah misi. Gelandangan ini, yang mengenalkan diri bernama Parry (Robin Williams), diketahui belakangan merupakan suami dari salah satu korban tragedi yang Jack picu beberapa waktu sebelumnya. Jack, bagaikan menemukan kesempatan baru untuk menebus kesalahannya, mencoba menolong Parry menemukan hidupnya kembali, sekaligus mengembalikan semangat Jack sendiri untuk bangkit lagi menemukan makna hidupnya. Sederhana, tapi cukup dalam. Sebuah hal menarik tersendiri karena keseluruhan kisah ini merupakan modifikasi cantik dari legenda lama mengenai seorang raja yang sakit, The Fisher King atau The Wounded King.

Ya, The Fisher King memang sebenarnya adalah sebuah kisah yang menjadi bagian dari legenda Raja Arthur, sebuah kisah yang mengalami banyak modifikasi dari realita yang sebenarnya terjadi. Kita tentu pernah mendengar apa yang sering disebut sebagai King Arthur and The Knights of Round Table, sebuah dongeng abad pertengahan di Inggris. Nah, salah satu dari ksatria meja bundar itu, yang bernama Perceival, yang dalam film ini dianalogikan dengan Parry, ditugaskan oleh Raja Arthur untuk mencari cawan suci atau Holy Grail. Dalam perjalanannya, ia sampai di kerajaan yang tidak terurus sama sekali, yang sebenarnya merupakan kerajaan penjaga Holy Grail yang dimaksud Raja Arthur. Namun, rajanya terkena penyakit yang tidak bisa disembuhkan sejak kecil, yang membuatnya tidak punya penerus hingga artinya penjagaan Holy Grail akan terputus. Karena tidak bisa berbuat apa-apa, kerjaan sang Raja hanya memancing, yang membuat ia disebut Fisher King. Kedatangan Perceival lah yang nantinya menyembuhkan Sang Raja.

Legenda Fisher King memiliki banyak versi yang beredar di masyarakat. Baik dari segi penyebab penyakit sang Raja, siapa penyembuh sebenarnya, ataupun bagaimana sang Raja disembuhkan, memiliki banyak variasi cerita yang berbeda-beda, termasuk yang di adopsi dalam film Terry Gilliam sendiri. Dalam film ini, The Fisher King dianalogikan oleh Jack Lucas yang kehilangan semangat hidup karena sebuah tragedi yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Luka tak tersembuhkan di sini adalah rasa bersalahnya. Sedangkan perceival dianalogikan oleh Parry yang tetiba datang dalam kehidupan Jack dan menyembuhkannya dengan hal sederhana. Ksatria Merah (Red Knight) yang selalu muncul ketika Parry berkonfrontasi dengan memorinya sendiri sebenarnya adalah manifestasi tragedi yang ia alami, menyimbolkan darah dan api, bagaimana istrinya sendiri mati di hadapan dia. Walaupun Perceival dalam kisah Fisher King yang sesungguhnya memang bertemu dengan Ksatria Merah yang ia lawan, tetap saja kesinambungan dengan film ini sedikit. Lagipula sebenarnya legenda bukanlah mengenai tokohnya atau cerita sesungguhnya seperti apa, tapi apa makna yang dibawanya dan kaitannya dengan kehidupan kita, maka tentu, legenda pada dasarnya tidak pernah mati, namun bertransformasi ke dalam kisah-kisah baru.

Sebenarnya banyak sekali perbedaan antara kisah Fisher King yang sebenarnya dengan film ini walau dicoba analogikan. Richard LaGravenese sebagai penulis cerita memang tidak berusaha sepenuhnya mempertahankan orisinalitas kisah, namun yang terpenting adalah pembungkusan makna yang baik dan penyesuaian yang cantik dengan keadaan masa kini. Yang menjadi fokus utama dalam film ini bahkan cenderung mengarah pada Parry sendiri yang merupakan ‘Perceival’, bukan Jack Lucas sebagaisang ‘Fisher King’, karena aku sendiri melihat bahwa baik LaGravenese maupun Gilliam sendiri seperti mencoba memperlihatkan bahwa hidup yang sederhana memang tidak harus dalam perspektif umum mengenai ‘hidup normal’, yang artinya menonjolkan Parry sebagai pembawa makna ini. Di sisi lain, salah satu pembelajaran terbaik yang bisa diambil adalah bahwa obat terbaik sebenarnya hanya ada pada diri sendiri.

Sekali lagi, semua tetap mengenai hidup. Hampir di semua film yang dimainkan Robin Williams, makna utamanya adalah mengenai hidup, membuatku selalu terpukau dengan aktor ini. Untuk yang kali ini, dengan transformasi peran yang luar biasa, ia memberikan makna lain, sisi lain dari apa itu kehidupan. Dan juga, film-film seperti The Fisher King bisa membungkus legenda lama menjadi bentuk yang lebih baru. Maka daripada hanya menonton film untuk hiburan, tontonlah untuk pembelajaran, seperti The Fisher King.

(PHX)

Alt Text

Kembali
Aditya Firman Ihsan

Aditya Firman Ihsan

Just a seeker of truth

rss researchgate issuu facebook twitter github youtube mail spotify lastfm instagram linkedin google google-plus pinterest medium vimeo stackoverflow reddit quora quora