Kukuhnya Samudra

- 6 mins

cover film In The Heart of The Sea

Judul : In the Heart of the Sea

Sutradara : Ron Howard

Tanggal Rilis : 11 Desember 2015

Durasi : 121 menit

Genre : Aksi, Petualangan, Biografi

Pemeran : Chris Hemsworth, Cillian Murphy, Brendan Gleeson

We were headed for the edge of sanity… like we were aberrations, phantoms. Trust gave way to doubt. Hope to superstition.” – Old Thomas Nickerson –

Laut memang bukanlah tempat bermain. Ia bagaikan wajah bumi sesungguhnya. Makhluk terganas, hingga badai paling berbahaya, ada di laut. Namun terkadang manusia terlalu takabur untuk menyadari semua itu dan tetap memandang bahwa segala sesuatu di bumi ini adalah untuk dieksploitasi. Tidak sedikit kejadian telah terjadi sepanjang sejarah menjadi bukti betapa tidak berdayanya manusia di tengah laut, dan salah satunya adalah tenggelamnya kapal penangkap Paus, Essex, pada 1820 akibat serangan seekor paus sperma di samudra pasifik selatan. Tragedi ini kemudian diabadikan oleh Nathaniel Philbrick dalam sebuah novel keluaran tahun 2000, In The Heart of the Sea, yang pada tahun ini diadaptasi menjadi film oleh Ron Howard dengan judul yang sama.

Film ini keseluruhan mengisahkan narasi yang diceritakan oleh Thomas Nickerson yang diminta oleh Herman Melville untuk menceritakan pengalamannya dalam perjalanan kapal Essex. Diceritakan dalam film bagaimana Owen Chase (Chris Hemsworth) ditunjuk sebagai kelasi satu kapal Essex, mendampingi Kapten George Pollard (Benjamin Walker) yang tidak berpengalaman. Thomas Nickerson pada perjalanan itu baru berumur 14 tahun dan merupakan kru kabin termuda. Kesombongan George Pollard membuatnya selalu berbeda pendapat dengan Owen dan mengakibatkan Essex beberapa kali dalam bahaya, termasuk keputusannya untuk memburu kumpulan paus pada 5000 km tengah pasifik. Perburuan yang membawa Essex ke jauh lepas pantai lah yang mengakibatkan tragedi hancurnya kapal tersebut oleh serangan paus sperma putih. Dengan hancurnya kapal utama, seluruh kru menyelamatkan semua suplai dan menyelamatkan diri dengan perahu kecil. Namun, karena posisi mereka sangat jauh dari daratan manapun, berhari-hari mereka hanya mengapung-apung di tengah laut dengan perbekalan terbatas. Walau akhirnya mereka menemukan sebuah pulau kecil, tempat tersebut terlalu gersang untuk dijadikan tempat bertahan hidup. Setelah beberapa rintangan dan perjalanan panjang, bahkan hingga adanya kanibalisme demi mempertahankan hidup, 8 dari mereka pun akhirnya selamat.

Jika ada yang pernah membaca novel melegenda tahun 1851 karangan Herman Melville, Moby Dick, apa yang terjadi pada kapal Essex adalah salah satu inspirasi kisah tersebut. Dengan bumbu tambahan yang ia dapatkan dari kejadian terbunuhnya paus sperma albino (membuatnya berwarna putih) bernama Mocha Dick pada akhir 1830an di sekitar kepuluan Chilli, setelah rentetan usaha berkali-kali untuk membunuhnya. Herman Melville pun mengisahkan bagaimana seorang pemuda bernama Ishmael mendaftarkan diri untuk menjadi kru kapal penangkap paus yang dipimpin oleh Kapten Ahab untuk membalaskan dendamnya pada Moby Dick, seokor paus sperma putih besar yang telah merenggut tangannya. Memang apa yang diceritakan pada In The Heart of the Sea sebenarnya adalah versi asli tragedi kapal Essex, namun ketika pada film diperlihatkan bahwa paus yang menyerangnya adalah paus putih, kisahnya sedikit mengabur dengan kisah Moby Dick, karena sesungguhnya sejarah yang tercatat mengenai tragedi Essex sama sekali tidak menyebutkan bahwa paus yang menyerangnya adalah paus putih. Walau sebenarnya belum terlalu jelas pada novel Philbrick, paus yang dimaksudkan seperti apa, tapi hal ini memperlihatkan kesulitan utama mengadopsi film dari kisah nyata dan novel sekaligus.

Memang film berbasis kisah nyata berpotensi menciptakan semacam dilema di antara mengutamakan akurasi dengan realita atau akurasi dengan yang tertulis pada novel, karena tentu, membuat film yang mengadopsi dari novel (bahkan dengan judul yang persis sama) mau tidak mau memiliki tanggung jawab mengenai korelasi kisah dengan novel. Salah satu relevansi yang meleset dari film ini adalah bahwa Herman Melville menulis Moby Dick dengan mewawancara langsung Thomas Nickerson, seakan kisah itu tidak pernah menyebar selain dari mulut Nickerson. Padahal, kisah yang terjadi pada Essex dipublikasikan secara terbuka pertama kali oleh Owen Chase sebagai salah satu yang selamat dalam catatannya berjudul the Narrative of the Most Extraordinary and Distressing Shipwreck of the Whale-Ship Essex, dan catatan itulah yang digunakan Herman Melville untuk menuli Moby Dick.

Terlepas dari seberapa relevan In The Heart of the Sea dengan realita sesungguhnya, apa yang terjadi pada kapal Essex memang menunjukkan betapa manusia bisa menjadi sangat rendah dalam keadaan paling ekstrim. Aku teringat seseorang pernah mengatakan bahwa sifat sesungguhnya seseorang terlihat dalam keadaan tertekan yang natural, seperti lelah dan lapar. Tekanan fisiologis akan memunculkan sifat manusia yang sesungguhnya, menghilangkan norma-norma dan nilai-nilai moral dan menurunkan derajat hingga setara dengan binatang. Memang, dibutuhkan mental dan keyakinan yang kuat untuk dapat menjaga rasionalitas pikiran dalam keadaan seperti itu. Derajat manusia terlihat pada akalnya, ketika kebutuhan fisiologis lebih menguasai, maka kemanusiaan itu bisa hilang dengan sendirinya.

In The Heart of the Sea memperlihatkan secara natural betapa kecilnya manusia ketimbang alam. Ron Horward merangkum semua makna itu secara rapi di film ini sebagai film keenamnya yang berasis kisah nyata setelah Apollo 13 (1995), A Beautiful Mind (2001), Cinderella Man (2005), Frost/Nixon (2008), dan Rush (2013). Namun, serapi-rapinya Horward berusaha menanamkan makna, penokohan yang kurang diperlihatkan membuat emosi yang coba diperlihatkan secara dramatis selama mereka terdampar di tengah laut tidak terlalu terasa. Kita tidak tahu apa latar belakang Owen begitu berambisi menangkap paus, kita tidak tahu ada apa antara George Powell dengan sepupunya, kita tidak tahu latar belakang beberapa tokoh yang lain, hingga akhirnya apa yang mereka rasakan tidak bisa kita hayati sepenuhnya. Mungkin ini salah satu kesulitan penokohan karakter yang banyak. Sebagai pembanding, Life of Pi yang bertema hal yang sama, bertahan hidup di laut, membangun penghayatan emosi yang kuat karena penokohan Pi sangat dibangun sepanjang film sehingga seakan-akan kita bisa merasakan apa yang Pi rasakan. Pada akhirnya, kegagalan penokohan ini membuat In the Heart of The Sea hanya berasa seperti film petualangan yang terfokus memperlihatkan ganasnya lautan. Emosi yang terbangun sedikit terlihat hanya pada hubungan Owen dengan istrinya, selebihnya, tidak ada satupun emosi dari tokoh yang bisa kita hayati, kecuali mungkin, bayangan jika kita sendiri ada di posisi mereka, terapung di lautan tanpa arah.

Terlpas dari semua kekuragannya, film ini tetep pantas di tonton. Horward berusaha membangun makna yang lebih dalam ketimbang sekedar pertarungan melawan Paus seperti yang diceritakan pada Moby Dick. Ketika dulu SD aku pertama kali membaca kisah Moby Dick pun, apa yang ku lihat memang hanyalah betapa angkuhnya kapten Ahab dalam membalas dendam pada seekor paus. Pada akhirnya, dengan semua lebih kurangnya lah aku tuliskan review ini sebagai review film pertama yang ku tulis ketika filmnya masih tayang di bioskop. Bagi siapapun yang belum tonton, mungkin bisa langsung saja ke bioskop terdekat atau menunggu bajakannya tersedia di internet. Ya apapun itu, ambillah pembelajaran sedarhana dari film ini mengenai apa yang sesungguhnya menjadi hakikat manusia di alam ini.

Look where we find ourselves. What offense did we give God to upset him so?” – Owen Chase –

(PHX)

NB:

Judul review ini ku ambil ketika kebetulan terlintas dalam ingatan seorang kawan bernama Kukuh Samudra. Nama ini memiliki makna yang mendalam pada dasarnya, karena memang betapa Samudra jauh lebih kukuh/keras ketimbang bumi itu sendiri.

Kembali
Aditya Firman Ihsan

Aditya Firman Ihsan

Just a seeker of truth

rss researchgate issuu facebook twitter github youtube mail spotify lastfm instagram linkedin google google-plus pinterest medium vimeo stackoverflow reddit quora quora