Kesederhanaan Hidup

- 4 mins

cover film Forrest Gump

Judul : Forrest Gump

Sutradara : Robert Zemeckis

Tanggal Rilis : 6 Juli 1994

Durasi : 142 menit

Genre : Drama, Roman

Pemeran : Tom Hanks, Robin Wright, Gary Sinise

Momma said there’s only so much fortune a man really needs and the rest is just for showing off” – Forrest Gump

Apa yang mendefinisikan manusia pada dasarnya hanya ditentukan hal sesederhana apa yang ia lakukan. Terkadang memang melakukan apapun akan terasa murni bila tidak didasari ekspektasi atau keinginan apapun. Hal ini lah yang ditunjukkan oleh Forrest Gump dalam novel yang dituliskan Winston Broom pada 1986 dan divisualisasikan melalui film pada 1994 oleh Robert Zemeckis. Ceritanya sederhana, bahkan memiliki unsur komedi juga, namun memiliki pembelajaran kehidupan yang tidak bisa dikatakan dangkal.

Konsep yang terkandung dalam kisah Forrest Gump memang sarat akan makna kehidupan. Bagaimana tidak, keseluruhan hidup Forrest Gump dari kecil hingga besar diceritakan secara detail dengan perspektif orang pertama. Bukan hanya itu, berbagai fenomena hidup dari perang vietnam hingga berbisnis udang terangkum secara baik dalam kisah hidup seorang Forrest Gump. Dari segi cerita, mungkin Winston Broom sangat layak diacungi jempol, ia berusaha menunjukkan bahwa hanya dalam kesederhanaan niat dan keikhlasan, hidup bisa membawa kita menempuh berbagai petualangan yang tak terbayangkan sebelumnya. Apalagi kemudian Robert Zemeckis menambah banyak poin plus dengan visualisasi yang ia ciptakan melalui film. Untuk sebuah kisah yang memakai sudut pandang orang pertama, film ini bisa dikatakan sukses, karena aku sendiri melihat tidak banyak film yang menggunakan narasi sudut pandang orang pertama, apalagi untuk semacam “otobiografi” seperti ini. Maka 8 piala oskar yang diraih film ini pun tak perlu lagi dipertanyakan ketika sudah menontonnya.

Bermula dari pada suatu titik dalam kehidupan seorang idiot bernama Forrest Gump (Tom Hanks), Forrest menceritakan pengalaman hidupnya dari kecil pada sembarang orang yang kebetulan ikut duduk bersamanya. Mulai dari ketika ia diberi alat bantu jalan pada kakinya, kedekatan dengan Jenny Curran (Robin Wright & Hanna Hall), penugasan ke Vietnam, menjadi pemain ping pong handal, hingga menjadi pebisnis udang yang sukses. Keseluruhan kehidupan diceritakan sedemikian rupa sehingga penonton seperti bisa merasakan bagaimana kehidupan Forrest. Walau memang beberapa bagian dalam cerita terasa aneh, kurang masuk akal, dan terkesan “dipaksakan”, entah memang bertujuan untuk memberi unsur komedi atau memang sesuatu yang diharapkan benar-benar jadi bagian dari kisah. Salah satu contohnya adalah bagaimana Forrest Gump berlari tiada henti dari ujung Amerika ke ujung yang lain. Terlepas dari rasionalitasnya, kisah dalam film ini tetap memilki banyak arti.

Kemampuan Tom Hanks dalam memerankan seseorang yang polos dan idiot terlihat luar biasa dalam Forrest Gump. Baik dari cara berbicara maupun ekspresi wajah yang tercipta membuat Forrest Gump sangat terlihat natural dan khas. Aku sendiri awalnya tak menyangka bahwa Forrest Gump adalah orang yang sama dengan yang memainkan Robert Langdon yang kharismatik dalam Da Vinci Code atau Captain Miller yang tegas dalam Saving Private Ryan. Tentu tidak mudah memainkan peran tokoh yang “tidak normal”, karena akan membutuhkan pembiasaan yang baik agar semua ekspresi bisa tercipta senatural mungkin. Pembanding yang baik mungkin seperti bagaimana Robert De Niro memainkan Leonard Lowe dalam Awakenings atau bagaimana Robin Williams memainkan Parry dalam The Fisher King. Semunya memiliki tantangan besar dalam “meniru” tingkah laku seseorang yang tidak normal.

Melihat inti ceritanya, sebenarnya hampir di setiap bagian kita bisa menarik pembelajaran mengenai hidup. Namun secara keseluruhan, apa yang ku pelajari dari Forrest Gump adalah bagaimana hidup sepenuhnya tanpa ekspektasi apapun akan menciptakan diri yang sangat ikhlas. Forrest yang ber-IQ rendah membuatnya tidak bisa berpikir panjang atau rumit untuk memutuskan sesuatu hingga ia secara jujur dan murni selalu melakukan apa-apa cukup berdasarkan apa yang ia kehendaki saat itu. Hal ini mirip dengan apa yang diajarkan oleh Buddha atau Zen mengenai hidup tanpa hasrat dan ekspektasi. Forrest bahkan tidak tahu apa yang benar-benar ia inginkan dalam hidupnya, karena secara polos ia bersih dari ego dan kepentingan apapun. Ketika hal ini terjadi, perasaan paling bening akan muncul tanpa dikotori oleh apapun. Maka bisa dilihat bagaimana cinta Forrest pada Jenny begitu tulus dan jujur tanpa ada motivasi apapun yang melatarbelakangi.

Terlebih lagi, kisah Forrest Gump menunjukkan bahwa dengan memaksimalkan hidup saat ini tanpa berekspektasi banyak akan membawa kita ke berbagai kemungkinan yang begitu luas. Semua kemungkinan itu pun pasti akan terjalani dengan baik tanpa ada penyesalan atau apapun. Memang, pikiran rasional membuat kita menjadi sibuk dengan pertimbangan macam-macam dalam memilih jalan kehidupan, hingga akhirnya pasti akan memunculkan kekecewaan bila tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Secara sederhana, dapat kita katakan Forrest tidak punya kapabilitas otak untuk berpikir macam-macam dan membuatnya menerima segalanya apa adanya tanpa harapan dan ekspektasi. Didasari perasaan yang murni, segalanya jadi mungkin. Terkadang perencanaan dan mimpi yang terlalu detail hanya akan membatasi kemungkinan-kemungkinan yang ada pada masa depan sehingga menutup cakrawala pengalaman dalam petualangan kehidupan yang sesungguhnya selalu penuh dengan hal-hal menakjubkan.

Forrest Gump mengandung banyak pembelajaran yang sebenarnya bisa dikupas satu-satu untuk setiap bagiannya. Tentu saja hal ini karena Forrest Gump merupakan murni sebuah kisah hidup seseorang. Namun yang namanya pembelajaran tentu tergantung pada masing-masing individu, maka daripada aku memperpanjang pembahasan pribadi, lebih baik siapapun yang mau meluangkan waktunya, petik sendiri apa yang bisa didapat dari sebuah film Forrest Gump. Diiringi sedikit komedi, film ini akan membawa kita dengan nyaman menelusuri luasnya kehidupan sesungguhnya.

(PHX)

Some people don’t think miracles happen, well, they do.” – Forrest Gump

Kembali
Aditya Firman Ihsan

Aditya Firman Ihsan

Just a seeker of truth

rss researchgate issuu facebook twitter github youtube mail spotify lastfm instagram linkedin google google-plus pinterest medium vimeo stackoverflow reddit quora quora