Dalam keremangan malam gulita
Sapa habitat dan kawan lama
Kala yang ada hanyalah sunyi
Untuk membuka semua refleksi
Ah,
Bak kegelapan itu bertanya
“aku selama ini kemana saja?”
Entah apa jawab yang bisa terungkap
Menggapai pegangan yang terasa hampa?
Atau mencari keistimewaan semu?
Ah,
Hati ke hati pun ku lalui
Tanpa ada ketetapan pasti
Mencipta bingung dan tanda tanya
Membuat ragu makna dari cinta
Yang selalu dipenjara dikotomi
Dibelenggu persepsi, religi, atau tradisi
Yang hanya pantas dalam ijab kabul resmi
Selain itu hanya teman tanpa lebih arti
Ah,
Mungkin aku yang hina
Diperbudak perasaan yang hampa
Disiksa ilusi dalam api asmara
Menuntut tanpa bisa menerima
Membuatku selalu bagai tak berdaya
Terbawa persepsi yang ancam luka
Ah,
apa aku salah?
Menyebarkan rindu menumbuh cemburu
Tanpa tahu malu atau tak mau tahu
Siapa aku?
Hanya orang biasa yang ingin kau bantu
Sedang tak ada yang spesial bagimu
Ah,
Cukupkah dekat kau jadikan alasan?
Yang memang ada dan bisa kau perlakukan
Tanpa harus ada pengakuan
Sedang kau hanya jadi pelampiasan
Emosi yang tak mampu ku kendalikan
Berujung pertengkaran tanpa penyelesaian
Ah,
Kini ku kembali dalam kegelapan
Hanya untuk mendengar dia berkata
“Mungkin tempatmu di sini”
Bersama sunyi tanpa harus menyakiti
Rindu akan kata sendiri
Terbawa ragu tanpa henti
Haruskah ku terus membawa harapan sepi?
Ah,
telah banyak memori mengendap kaku
Entah kemana aku menuju
Dalam hidup semakin tak menentu
Dengan runtuhnya lanadsan yang menjadi debu
Tanpa ada ingin ataupun mau
Apa hanya sunyi yang menjadi milikku?
Ataukah ku bertahan berharap maju?
Entah, ku lelah
Apa aku pantas ditunggu?
Dengan semua kelamnya masa lalu?
Atau kau hanya menghindar dari segala palsu
Yang kau sebut bisa membunuhmu?
Yang ku tahu
Ku hanya bias menikmati setiap waktu
Hingga ku benar bisa menjemputmu
(PHX, Bandung, 2016)