Pergerakan Mahasiswa yang Ideal
- 9 minsTelah 63 tahun Indonesia merdeka, banyak dinamika perubahan yang terjadi dalam sebuah wadah kompleks yang disebut negara ini. Berbagai hal terjadi dalam suatu siklus yang tidak pernah memberhentikan Indonesia untuk terus berganti wajah sejak diproklamasikannya kemerdekaan oleh sang pahlawan revolusi, Ir. Soekarno. Selama 63 tahun itu, ratusan hal berganti, ribuan hal berubah, namun tetap beradadalam sebuah kata yang dikenal dengan persatuan, kata yang tercipta oleh para pemuda-pemudi Indonesia, yang menginginkan apa yang terbaik untuk bangsa, yang pada akhirnya akan terus berjuang memertahankan apa yang menjadi esensi dan tujuan bangsa, membuat gejolak tiada henti, untuk sebuah perubahan berarti,demi kecintaan pada sebuah bangsa bernama Indonesia.
Ya, pemuda, kata yang mungkin sudah sangat sering kita dengar sebagai tonggak perubahan bangsa,sebagai pemegang masa depan bangsa. Sejarah sudah banyak mencatat berbagai dinamisasi yang terbentuk dari golongan muda, golongan yang terkenal idealis, namun bertindak realistis. Namun, dari seluruh pemuda yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, terdapat suatu kelompok, suatu bagian khusus, yang memiliki karakteristik tersendiri, yang menghidupkan esensi dari pemuda itu sendiri, suatu golongan yang kita kenal luas dengan kata ‘mahasiswa’. Mahasiswa, bagian dari yang muda, bagian yang menjadi ujung tanduk arah perubahan Indonesia, bagian yang dengan berbagai paradigma yang terbentuk dari masyarakat terhadapnya, terus beridealisasi demi bangsa dan negara, dalam realisasi tindakan yang kita banyak kenal dengan ‘pergerakan’.
Telah banyak pergerakan mahasiswa tercatat oleh garis waktu sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Runtuhnya orde baru adalah salah satu bukti nyata dari apa yang menjadi peran mahasiswa dalam dinamisasi keberlangsungan negara Indonesia. Bentuk gerakan yang terlaksana sendiri memiliki berbagai bentuk dan cara yang beragam. Entah mana yang tepat atau tidak, mana yang efektif atau tidak, mana yang bisa disebut pergerakan atau tidak, semua memiliki tujuan dan dasar yang berbeda-beda, walau pada akhirnya semua berarah pada kepentingan bersama, untuk rakyat, ataupun negara. Tapi adakah bentuk ideal dari semua pergerakan itu?
Sejauh mata menerawang, mahasiswa memang terkenal dengan idealismenya, dengan pikirannya yang masih jauh ke depan dan dengan semangat yang berapi-api. Namun, mengetahui yang ideal tidak akan terlepas dari pengertian ideal itu sendiri. Kata ideal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebagai berikut : ide·al/idéal/ a sangat sesuai dng yg dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki. Ya, banyak yang ideal, banyak bentuk yang dicita-citakan orang untuk dijadikantujuan, entah itu pemikiran, entah itu tindakan. Berarah menuju pergerakan yang ideal, marilah sekali lagi kita telisik pengertian dari pergerakan itu sendiri menurut KBBI : per·ge·rak·an n 1 perihal atau keadaan bergerak; 2 kebangkitan (untuk perjuangan atau perbaikan). Dapat kita simpulkan bahwa pergerakan yang ideal adalah bentuk kebangkitan untuk perbaikan atau perjuangan yang sesua idengan yang dicita-citakan atau diharapkan. Tapi seperti apa lagi bentuk yang diharapkan itu?
Untuk menjawabnya, harus terpahami terlebih dahulu esensi dari mahasiswa itu sendiri. Dari sekian juta rakyat Indonesia, hanya pemuda yang dipercaya memegang masa depan bangsa,dan dari sekian ribu pemuda di Indonesia, hanya mahasiswa yang dipercaya memiliki kapabilitas ideal dalam penentuan arah gerak bangsa. Apa yang membuat mahasiswa begitu berperan dalam pergerakan bangsa? Padahal, pengertian mahasiswa dalam KBBI sangat sederhana : ma·ha·sis·wa n orang yg belajar diperguruan tinggi;. Hal ini sebenarnya dapat terjawab dari dua kelebihan yang dimiliki mahasiswa dan menjadi esensi utama dari keberadaan mahasiswa itu sendiri, yaitu sebagai pemuda, dan sebagai kaum intelektual.
Jika ditanya mengenai pemuda, hal tersebut dapat dengan mudah dijawab, apalagi KBBI tidak memberikan makna muluk-muluk untuk kata tersebut: pe·mu·da n orang muda laki-laki; remaja; teruna. Meski pemuda hanyalah kelompok yang tergolongnkan berdasarkan umur, jika dilihat lebih dalam, pemuda memiliki banyak kekhususan dibandingkan kelompok lainnya. Kenapa? Pemuda adalah masa transisi dari masa anak-anak, masa tempat segala sesuatu adalah tempat bermain dan dunia terlihat begitu indah, menuju masa dewasa, masa tempat pemahaman akan kehidupan tertanam dalam tiaprelung pikiran, dan tanggung jawab tertumpuk dalam berbagai peran arus kehidupan. Yang namanya masa transisi adalah masa abu-abu, masa dimana ketidakstabilan banyak terjadi, masa gejolak dan revolusi diri besar-besaran untuk menjadi entitas baru. Di masa inilah para pemuda mencari entitas baru tersebut, pemahaman akan diri sendiri, pemahaman akan sekitar, pemahaman akan dunia, yang akan terus dicari dalam dasar keingintahuan. Secara ideal, kepolosan dalam mencari inilah yang membuat semangat pemuda menjadi kelebihan yang kuat, dan membuat kepentingan dalam bentuk apapun mudah tertepis oleh kejujuran yang dihasilkan oleh hati nurani. Semangat dan kejujuran ini, apabila teralokasikan dengan baik, ditambah penanamanakan nilai dan budaya yang ada, akan menjadi senjata yang cukup ampuh untuk masalah apapun yang menerpa Indonesia.
Sebagai pemuda, semangat, independensi, kepedulian, dan idealisme menjadi potensi utama dan menjadikannya sebagai salah satu fondasi perubahan. Namun, seperti yang sayajelaskan di atas, di antara jutaan pemuda ada suatu golongan khusus yang menjalankan peran lebih dalam penentuan masa depan bangsa. Itulah kaum intelektual, golongan yang membaktikan hidupnya untuk mengetahui serta memahami dunia, dan apa artinya menjadi manusia. Telah banyak yang orang ketahui mengenai pemuda, tapi apa sebenarnya sebuah frase yang disebut dengan kaum intelektual masih terasa asing dalam pikiran mayoritas awam. Banyak pendapat yang mendefinisikan kaum intelektual, salah satunya adalah Gutting, dalam bukunya “Intelectuals and Politics”, mendeskripsikan kaum intelektual sebagai “orang-orang yang membaktikan hidup mereka untuk pengembangan pola pikir manusia”. Pendapat yang lain lagi, menurut Coser (1965), kaum intelektual adalah orang berilmu yang tidak pernah merasa puas menerima kenyataan sebagaimana adanya. Mereka selalu berpikir soal alternatif terbaik dari segala hal yang oleh masyarakat sudah dianggap baik. Ini dipertegas oleh Shils (1972) yang memandang kaum intelektual selalu mencari kebenaran yang batasannya tidak berujung. Hal ini memberikan kekritisan, wawasan, keilmuan, dan jaringansebagai potensi utamanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tanpa perlu ribet memahaminya, dari segi kata dapat kita lihat, yaitu kaum : ka·um n; 3 golongan (orang yg sekerja, sepaham, sepangkat, dsb);, dan intelektual : in·te·lek·tu·al /inteléktual/ 1 a cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan; 2 n (yg) mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan; 3 n totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman, dapat jelas terdefinisikan bahwa kaum intelektual adalah kelompok orang yang cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Ini menghasilkan suatu rantai logika bahwa pengetahuan adalah kekuatan, dan tiapkekuatan menghasilkan tanggung jawab. Netralitas dari ilmu pengetahuan menghasilkan sebuah tanggung jawab besar bagi siapapun yang memilikinya. Karena kekuatan inilah banyak yang lebih cenderung “memanfaatkannya” untuk berbagai kepentingan. Jika kembali lagi pada esensi, ilmu adalah suci, pengguna ilmu itulah yang selanjutnya akan menentukan penggunaan dari ilmu itu sendiri, penentuan inilah yang menghasilkan tanggung jawab, yang membutuhkan kejujuran dan kebijaksanaan lebih untuk melaksanakannya. Independensi dari mahasiswa mampu menjawabnya, berasal dari “kepolosan”, kejujuran, hingga menuju ketulusanmurni yang berasal dari kesucian ilmu untuk bergerak dalam kebaikan. Perkawinan kedua golongan ini, pemuda dan kaum intelektual, lah yang menhasilkan suatu hibrida baru yang disebut dengan mahasiswa.
Kembali pada perihal pergerakan, apa yang dimaksud dengan pergerakan mahasiswa yang ideal sendiri bisa diturunkan sebagai pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa yang ideal, dan mahasiswa yang idealadalah mahasiswa yang memiliki sifat-sifat ideal dari kaum intelektual danpemuda. Seperti yang tertulis sebelumnya, pergerakan adalah kebangkitan untuk perbaikan. Selama tujuanuntuk perjuangan dan perbaikan itu tercapai, entah bagaimana media, bentuk, cara, ataupun metodenya, selama esensi dasar dari mahasiwa yang ideal sendiri terealisasikan, pergerakan apapun yang dilaksanakan pada dasarnya adalah tepat. Tiga sifat dasar “ideal” kaum intelektual yaitu cerdas, skeptis, dan independen menjadikan mahasiswa, ditambah semangat dan kejujuran sosok kepemudaan, berperan penting dalam menanggap apapun yang terjadi di sekitar. Karena tentu saja ketiga sifat tadi adalah sifat ideal atau sifat yang memang diharapkan dari kaum intelektual, dan potensi semangat, kejujuran dan idealisme dari pemuda sendiri pun merupakan potensi ideal, realisasi dari semua itu tentu saja menghasilkan sebuah pergerakan ideal.
Mencari suatu yang ideal hanyalah mencari apa yang menjadi esensi utama perihal yang bersangkutan, bisa jadi yang diharapkan, bisa jadi bentuk yang memudahkan. Selama kita mengetahui tujuan dan alasan dalam melakukan sesuatu, bentuk ideal dari tindakan tersebut akan mudah tervisualisasikan dalam keabstrakan pemikiran,yang tentu saja bila ditambah niat dan tekad, akan dapat berujung padarealisasi yang nyata. Bahkan, sebenarnya bentuk ideal itu sendiri tidak lah nyata, ia merupakan bentuk imajiner yang diimpikan dalam konsep dasar, yanghanya bisa didekati dalam determinasi. Ideal bagaikan bentuk tak hingga atau yang hanya bisa didekati melalui limit dalam kalkulus. Namun, memiliki impian yang tak hingga alias ideal adalah krusial untuk pemantik utama tindakan nyata. Karena hal tersebut tidak akan pernah bisa diraih, usaha untuk perubahan akan terus dilaksanakan tiada henti, terus berusaha didekati. Impian yang kontinyuadalah perjuangan seumur hidup, ia memberi tujuan dan esensi nyata dari kehidupan, tanpa ada titik-titik yang dapat membuatnya berhenti berputar, menuju angan-angan tak berbentuk. Seperti itulah pergerakan yang ideal, ia akan menjadi perjuangan tiada henti, terus mendorong mahasiswa untuk melakukan yang terbaik, terus bertahan dalam gejolak ketidakpastian tanpa akhir.
Tentu saja, apabila kelebihan dasar mahasiswa sebagai kaum intelektual dan pemuda terimplementasi dengan baik, pergerakan-pergerakan yang diharapkan akan dapat terealisasikan tanpa harus menjadi pembahasan tiada henti. Mario Teguh, seorang motivator ternama pernah mengatakan, fokuslah pada proses, tapi orientasilah pada tujuan. Konsep ideal hanyalah patokan untuk mengarahkan orientasi jalan, yang akan membantu untuk melihat bentuk luas dari sebuah permasalahan, meluruskan apabila mengalami pelencengan. Untuk prosesnya sendiri, berpegang teguh pada esensi dasar kemahasiswaan sebagai pemuda dan kaum intelektual sangatlah cukup untuk menjadi pegangan dalam bertindak, yang dapat mengasilkan berbagai bentuk, berbagai cara.
Pada akhirnya, setelah 68 tahun Indonesia merdeka, dinamisasi bangsa dan negara akan terus berada di tangan mahasiswa, sebuah hibrida yang rumit penuh makna, yang memegang tonggak masa depan bangsa, yang dapat menjadi cahaya untuk mengeluarkan Indonesia dari jurang-jurang tak bernama yang gelap dan sunyi.Pergerakan, sebuah kebangkitan untuk perjuangan dan perbaikan, akan terus terlaksana demi mencapai yang tiada, yang ideal, dan mahasiswa akan terus menjadi eksekutor utama perubahan bangsa, penentuh arah perjalanan bangsa, dan pengukir sejarah dinamisasi bangsa. Ya, mungkin semua yang saya katakan ini hanyalah idealisme saya dalam berpikir, terutama sebagai mahasiswa, impian yang terkesan terlalu tinggi dan kontradiktif dengan realita, tapi, konsep idealisme inilah yang akan menjadi patokan utama dalam berorientasi, walau ia tak nyata, walau ia tak terdefinisikan, paling tidak limit fungsi dapat membantu kita semua mendekatinya.
Untuk Tuhan, Bangsa,dan Almamater.
(PHX)