Perkembangan Ekonomi Makro Indonesia

- 16 mins

Memasuki tahun 2013, seluruh dunia memiliki kesiapannya masing-masing dalam terus bersaing dalamdinamika ekonomi global untuk bertahan dalam ketidakpastian arus ekonomi yangselalu berubah. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang yang cukup besar,– dan bahkan diprediksi akan dapat menjadi negara maju dalam waktu dekat – juga terus melakukan pembenahan diri dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan. Banyak rintangan yang harus dihadapi Indonesia dalam beberapa tahun mendatang, walaupun beberapa prediksi seperti dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah cukup sehat untuk dapat menjadi negara terbesarkesepuluh pada tahun 2025. Prediksi laindari McKinsey Global Institute juga mengatakan bahwa Indonesia akan menjadinegara nomor tujuh terbesar pada tahun 2030. Akankah semua prediksi itu benar? Semuanya tetap kembali kepada kemampuan Indonesia sendiri, terutama pembuat kebijakan, untuk menjawab semua tantangan yang menghadang ekonomi Indonesia kedepannya.

Apabila kita melihat kondisi Indonesia pada saat ini, secara umum, Indonesia sudah menjadi negara yang cukup kuat dalam hal perekonomian makro, apalagi di tengah krisis globalyang mengancam berbagai negara. Walaupun masih banyak kekurangan-kekurangan kecil yang cukup dapat memengaruhi perekonomian, pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong sehat dengan pencapaian 6,5% pada kuartal terakhir tahun 2012. Banyak pihak, terutama pemerintah, optimis pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat sepanjang 2013. Keyakinan itu tentu saja beralasan, berbagai akademi dan lembaga telah melakukan banyak prediksi dan analisis akan arah pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ada apa pada tahun 2013 sangat sulit diprediksi. Akan banyak ketidakpastian terjadi dalam imbas krisis yang melanda eropa sejak tahun 2011 lalu. Selain itu, 2013 juga merupakan tahunpolitik bagi Indonesia, yang berujung pada pemilihan umum presiden pada 2014 mendatang. Pada 2014 sendiri telah diperkirakan oleh berbagai ekonom merupakan tahun terjadinya puncak atau klimaks dari krisis yang melanda eropa saat ini. Krisis 2014 akan menjadi krisis global yang cukup mengkhawatirkan seperti yang terjadipada 2008 lalu. Situasi politik dan ekonomi yang akan menjadi sangat labil dalam euforia pesta demokrasi pada 2014 membuat antisipasi imbas krisis global harus segera dilaksanakan sedini mungkin. Selain itu, permasalahan mengenai energi dan sumber daya mineral akan terus menjadi lintasan terjal indonesiauntuk dapat berkembang. Keterbatasan bahan bakar minyak di tengah konsumsi masyarakat Indonesia yang tidak terkendali dengan berbagai kecurangan danpencurian membuat minyak dan gas menjadi hal yang patut dicetaktebalkan dalam fokus pemerintah dalam perbaikan ekonomi ke depan. 3 hal ini akan menjaditantangan berat yang harus dihadapi perekonomian Indonesia untuk terus bertahandan mengembangkan diri.

Pengaruh krisis eropa

Di antara 3 tantangan tersebut, krisis eropa lah yang menjadi ancaman terbesar perekonomian, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi berbagai negara lainnya di seluruh belahan dunia. Krisis eropa sebenarnya merupakan dampak dari pengaplikasian mata uang tunggal yang menggunakan beberapa syarat untuk negara-negara penggunanya. Krisis ini dengan cepat menyebar ke negara-negara lain bagai efekdomino melalui rantai utang yang sulit putus antar negara-negara eropa. Tentusaja efek ini tidak akan secara signifikan dirasakan oleh negara yang tidak langsung berhubungan dengan bank dan pasar eropa. Inilah yang menjadi kekuatan Indonesia dalam kelabu pusaran krisis ini. Ketergantungan Indonesia dengan pasar eropa hanyalah 11,4%. Ini pun relatif hanya terhadap Jerman dan Prancis yang notabene cukup kuat untuk memertahankan kestabilan krisis. Arus komoditas di Indonesia sendiri pun lebih mengarah pada negara-negara Asia dan Australia yang jauh dari imbas krisis eropa. Walaupun begitu, dampak krisis eropa cukup besar untuk merontokkan arus ekspor negara-negara Asia yang banyak di dominasi pada pasar eropa. Negara-negara eropa yang mengalami krisis akan melakukan pengetatan anggaran besar-besaran yang berakibat pada turunnya permintaan. Negara-negara yang tergolong kuat di Asia pun mengalami kejatuhan tingkat ekspor kenegara-negara Eropa secara drastis, seperti di Cina yang turun dari 21,3 % pada2011 menjadi 6,9% pada 2012, Korea Selatan dari 30,5% pada 2011 menjadi 5,6%pada 2012, Jepang dari 15,5 % pada 2011 menjadi 0,03% pada 2012, dan Brasildari 35,9% pada 2011 menjadi 7% pada 2012. Ekspor Indonesia terhadap negara-negara eropa sendiri jatuh dari 29,1% pada 2011 menjadi 7,6% pada 2012.

Walaupun ekspor Indonesia akan turun sebagai imbas penurunan permintaan di negara-negara eropa,kekuatan pasar domestik Indonesia sudah cukup kuat untuk membantu pertahanan diri dari badai yang terjadi di dinamika perekonomian global. Ini terbukti dari tetap stabilnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada level 6,5% dibandingkannegara-negara lain yang rata-rata turun seperti China dan India yang masing-masing mengalami penurunan dari 9,2% menjadi 7,4% dan 7,1% menjadi 5,4%.Salah satu sektor yang dimanfaatkan Indonesia dengan baik adalah sektor pariwisata yang terbukti tetap meningkat walau krisis mulai meluas. Indonesia bersama dengan negara-negara ASEAN bekerja sama untuk meningkatkan sektor pariwisata,yang mengambil bagian 43% dari pendapatan ASEAN sendiri, sebagai bentuk komitmen pengembangan ekonomi yang stabil.

2014 dan Pemilu

Pusaran krisis eropaakan terus meluas selama tidak ada solusi bersama yang tercipta di dalamnya. Satu per satu negara dunia akan terseret pusaran tersebut dan akan berujung pada krisis perekonomian global untuk yang kedua kalinya dalam dekade terakhir.Pusaran yang diperkirakan akan memuncak pada 2014 ini bisa berpotensi menjadi ancaman besar pada Indonesia yang sedang menghadapi pergantian pemerintahan. Sebagai tantangan kedua Indonesia dalam perekonomian makro di tengah kondisi dunia yang tidak stabil ini, pemilihan umum presiden 2014 menambah ketidakstabilan itu dalam gejolak politik dalam negeri. Berbagai sektor akan dipastikan labil di tengah perilaku pejabat yang mulai teralih fokusnya pada ajang paling krusial Indonesia sebagai sebuah negara yang berbasis demokrasi. Tapi di lihat dari segi ekonomi makro sendiri, pemilu 2014 sebenarnya memiliki efek positif sekaligus negatif.

Kita semua dapat memahami dengan baik bahwa kinerja setiap orang yang berada dalam suatu jabatan peridoik akan mengalami kecenderungan untuk menurun seiring dengan masa bakti yang semakin habis. Tentu saja ini akan sangat berlaku juga bagi para menteri yang menjabat saat ini. Apalagi kita semua tahu, mendekati pemilihan umum merupakan saat-saat penciptaan dan perbaikan citra tiap partai, golongan, atau perseorangan untuk mulai mengumpulkan dukungan dan simpati. Pencitraan ini akan sangat memengaruhi kebijakan-kebijakan yang terambil oleh eksekutif dalam berbagai sektor, terutama ekonomi, energi, pendidikan, dan kesehatan yang menyentuh langsung lapisan masyarakat. Fokus para pengambil kebijakan tentuakan teralih pada pertimbangan politis yang berujung pada keterpihakan padamasyarakat banyak. Hal ini, ditambah dengan kecenderungan penurunan kinerja para pejabat pada ujung masa kerjanya, akan memengaruhi perekonomian secara keseluruhan walaupun signifikansinya masih berada dalam ketidakpastian.

Masa transisi memang merupakan masa paling berbahaya. Labilnya kondisi pemerintah di ujung periodemembuat kebijakan selanjutnya berada dalam abu-abu. Padahal, menghadapi pusaran krisis ekonomi dunia yang terus meluas hingga 2014 membutuhkan kesigapan dini oleh pemerintah untuk mengantisipasi berbagai imbas yang akan timbul. Apabila tidak siap, krisis global akan membawa perekonomian Indonesia dalam gejolak yang dapat menenggelamkan kapan saja. Gejolak yang timbul dari luar dan dalam melipatgandakan ketidakpastian yang harus dihadapi Indonesia dalam pertaruhan dinamika ekonomi negeri. Meskipun pemilu 2014 akan membuat labil kebijakan-kebijakan pemerintah, beberapa ekonom berpendapat bahwa hal ini tidakakan berpengaruh banyak pada perekonomian, apalagi dalam sektor makro. Hal ini terjadi secara abstrak dan tidak dapat dipastikan seberapa signifikan kemungkinan terjadinya.

Selain efek negatif yangdipaparkan sebelumnya, pemilu 2014 juga memiliki efek positif pada ekonomi makro Indonesia. Pemilihan umum presiden pada tahun depan akan memicu peningkatan konsumsi yang cukup besar untuk memengaruhi perekonomian negara, mengingat konsumsi merupakan variabel utama perhitungan PDB (produk domestik bruto) yang menjadi tolok ukur pertumbuhan ekonomi. Partai-partai dan masyarakat akan melakukan konsumsi besar-besaran, terutama dalam hal spanduk, atribut, dan lain sebagainya dalam menghadapi gejolak demokrasi ini. Melihat dari apa yang terjadi pada pemilu 2009, peningkatan konsumsi ini cukup dapat mendorong pertumbuhan ekonomi 2013-2014. Analisis yang dilakukan oleh Bank Indonesia menyebutkan bahwa pemilu 2014 akan memberi tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5 persen dan 0,4 persen pada kuartal III dan kuartal IV-2013 serta di kuartal I dan kuartal II-2014, akan terjadi tambahan sekitar 1,7 persen dan 0,4 persen.

Ancaman Energi

Terlepas dari pemilu 2014, Indonesia masih memiliki satu lagi “masalah” yang cukup krusial untuk mendapat perhatian, yaitu mengenai energi. Sebagai tantangan ketiga perekonomian Indonesia, sektor energi patut menjadi ancaman yang harus diperhitungkan dengan hati-hati. Cadangan bahan bakar fosil di Indonesia yangsemakin terbatas akan mengancam Indonesia pada 10 tahun mendatang apabila tidak ditemukan sumber baru. Ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil memermainkan ekonomi Indonesia dalam ketidakpastian sekali lagi. Di tengah harga minyak dunia yang tidak menentu dan bisa naik kapan saja sebagai imbaslain dari krisis eropa membawa sektor Indonesia terombang-ambing. APBN yang sudah sangat tertekan dengan impor minyak dan subsidi BBM harus segeraditangani dengan baik. Terlihat jelas pada periode Januari-Oktober 2012 lalu, impor minyak dan gas bumi meningkat sebesar 109,5% menjadi 2,4 miliar dollar AS. Di saat cadangan dalam negeri semakin menipis dan konsumsi energi terusmeningkat tidak terkendali, ketergantungan pada impor akan terus meningkat apabilatidak ditemukan alternatif energi lain. Bahan bakar gas yang dinilai sangat melimpah di Indonesia pun tidak mendapat respon cepat dari pemerintah yang hanya terus menjadikan rencana konversi bahan bakar sekedar janji tanpa aksi.

Walaupun belum pasti,apabila harga minyak dunia meningkat pada waktu dekat, pemerintah tidak punyapilihan lain selain meningkatkan harga subsidi BBM, yang tentu akan semakin mencekik APBN. Pada APBN 2013 sendiri terlihat alokasi subsidi energi mengambil30% dari anggaran atau sebesar 312 triliun rupiah dengan 222,8 triliun rupiahuntuk subsidi BBM. Subsidi tersebut pun pada realitanya tidak sepenuhnya mencapai target yaitu kalangan menengah ke bawah. Ketidaksadaran banyak pelaku ekonomi kalangan atas yang tetap memakai BBM bersubsidi membuat anggaran yang terpakai menjadi sia-sia dan terbuang percuma. Penghapusan subsidi BBM akan hanya menjadi wacana belaka di atas permainan pemerintah dan DPR yang menjagacitra dibalik tipuan kepentingan.

Apalagi kondisi Indonesia yang semakin mendekati pemilihan umum 2014 mendatang akan semakin membuat tingkah elit negara semakin menipu. Seperti yang saya bahas di atas, pemilu akan menghasilkan kelabilan pemerintah dalam mengambil kebijakan, subsidi BBM. Kebijakan yang tidak populer seperti penghapusan subsidi akan tenggelam dalam kata-kata manis penyelenggara negara demi menjaga citranya. Terlihat jelas dari keterangan Hatta Radjasa yang mengatakan pemerintah hanya akan mengendalikan konsumsi BBM dan tetap memertahankan subsidi. Pengendalian konsumsi dilakukan dengan monitoring menggunakan teknologi informasi pada tiap stasiun pengisian. Namun, biaya untuk pengadaan monitoring ini sendiri masih belum dapatdipastikan, yang bisa saja malah lebih tinggi daripada efisiensi yang dihasilkan. Konsumsi rakyat Indonesia yangterus meningkat tidak akan terselesaikan hanya dengan penghendalian. Kecurangan-kecurangan akan semakin marak dan efektivitas rencana ini sendiri pun belum jelas.

Kombinasi ketiga tantangan ini akan menciptakan akumulasi ketidakpastian yang membuat masa depan terasa abu-abu untuk dapat diprediksi. Krisis ekonomi yang begitu membuat kondisi ekonomi global sangat tidak menentu, membuat harga komoditas dunia, terutama minyak, terombang-ambing naik turun. Harga yang tidak pasti ini mengancam energi nasional yang berada dalam titik yang cukup kritis. Ketika kesigapan pemerintah dalam menghadapi dua hal tersebut sangat diperlukan, pemilihan umum 2014 membuat kepentingan politis mendominasi dan membuat kebijakan-kebijakan yang terambil tidak melalui pertimbangan matang. Tentu saja seperti halnya berjudi, ketidakpastian yang kita hadapi ini membuat kita hanya dapat bereaksi pada outcome apapun yang akan terjadi.

Fondasi untuk bertahan

Walaupun kita menghadapi tantangan yang cukup berat ke depannya, Indonesia sudah memiliki fondasi kuat yang bisa dioptimalkan pada saat ini. Indonesia merupakan negara yang termasuk stabil di tengah labilnya kondisi perekonomian dunia. Tingkat investasi terus meningkat pada level yang memuaskan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menghitung realisasi penanaman modal 2012 mencapai Rp 313,2 triliun atau melonjak 110 persen dari target awal 2012. Ini terlihat jelas dari realisasi penanaman modal yang meningkat baik dalam negeriataupun luar. Untuk penamnaman modal dalam negeri (PMDN) meningkat menjadi Rp 26,5 triliun dengan sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi menjadi penyumbang terbsesar. Sedangkan untuk realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) pada periode kuartal empat 2012 pun meningkat 22,9 persen dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya dari Rp 46,2 triliun menjadi Rp 56,8 triliun. Untuk realisasi investasi PMA, sektor terbesar adalah investasi di industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik dengan sektor pertambangan menempati posisi kedua.

Beberapa ekspansi bisnisyang dilakukan oleh korporasi dan perusahaan menunjukkan potensi Indonesia yang mulai dapat dipercaya tidak hanya sebagai pasar, tapi juga mampu sebagai basis produksi. Ini juga didasari pada beralihnya ketertarikan perusahaan untuk mencari basis pasar yang masih dapat terus berkembang dan cukup stabil. Apalagi dengan adanya krisis yang melanda negara-negara eropa, para investor akan dipastikan akan mengalihkan investasinya untuk menghindari kerugian. Pasar-pasar negara berkembang memang merupakan bisnis yang menjanjikan bagaipara pemilik modal. Investasi, ditambah konsumsi masyarakat, menyumbang 87% dari PDB sehingga dapat menjadi penopang penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Selain investasi, fondasi kuat yang dimiliki Indonesia adalah struktur demokrafi yang tergolong sehat dengan berlimpahnya usia produktif (15-60 tahun) hingga 20 tahun mendatang. Berlimpahnya angkatan kerja dengan investasi yang tinggi seharusnya dapat menjadi kombinasi kuat untuk meningkatkan kondisi perekonomian. Akan tetapi, sangat disayangkan, lapangan kerja yang tercipta dari banyaknya investasi tersebut tidak teralokasi dengan baik pada beberapa sektor. Dari total angkatan kerja di Indonesia pada kuartal akhir 2012 yang mencapai 118 juta orang,sekitar 110,8 juta orang yang memiliki pekerjaan. Ini berarti masih ada 7,2 juta orang yang menganggur atau sekitar 6,14 persen dari angkatan kerja sementara setiap tahun sekitar 2,5 juta orang masuk ke bursa pencari kerja baru. Ditambah lagi, sekitar 67% dari total angkatan kerja tersebut hanya berpendidikan SMP kebawah.

Investasi yang masuk diIndonesia belum menyentuh sektor riil yang merupakan sektor formal. Ini berartirealisasi investasi belum mampu menciptakan lapangan kerja yang berkualitas. Ini disebabkan konsep pembangunan di Indonesia tidak menempatkan manusia sebagai unsur utama sehingga kesejahteraan pekerja pun banyak dikesampingkan. Banyakpekerja di negeri ini bekerja tanpa jaminan sosial, jaminan hari tua, dan lainsebagainya yang dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja. Ini yang menjadisebab utama tidak meratanya pendapatan di Indonesia yang terlihat dari rasiogini mencapai 0,41 pada 2012. Tidak heran apabila para pekerja terus menuntutkenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang akhirnya terealisasikan rata-ratanaik secara signifikan pada 2013 ini. Bahkan, seperti yang diungkapkan PresidenKonfederasi Serikat Pekerja Indonesia, Said Iqbal, jutaan buruh akan kembaliberunjuk rasa sepanjang tahun 2013. Aksi buruh dengan bendera Majelis PekerjaBuruh Indonesia ini menuntut jaminan pensiun, jaminan kesehatan untuk rakyat,dan komponen acuan survei kebutuhan hidup layak sebanyak 84 butir.

Walaupun kesejahteraan pekerja adalah hal penting, pemerintah tidak bisa menuruti begitu saja permintaan para serikat pekerja. Bukan berarti mendekati 2014 pemerintah bisa seenaknya terus melakukan kebijakan yang berpihak pada rakyat tapi tanpapertimbangan yang logis dan matang hanya demi popularitas dan kepentingan politik pemilu. Kepercayaan investor pada Indonesia jangan sampai kita sia-siakan. Jika UMP terus dinaikkan, hanya 2 hal yang akan terjadi, pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, atau divestasi para investor dari Indonesia.

Hal yang terpenting sebenarnya adalah menurunkan rasio gini agar tidak terjadi ketimpangan pendapatan yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas para pekerja dari segi pendidikan dan produktivitas. Bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia akan menjadi senjata makan tuan apabila tidak diiringi dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang baik.

Selain itu, pemerataan pendapatan juga dapat dilakukan dengan pembangunan infrastruktur yang memadai. Berbagai pembangunan jalan, pelabuhan, rumah sakit, dan lain sebagainya akan sangat meringankan beban masyarakat. Infrastruktur sendiri dapat membantu memertahankan kepercayaan investor pada Indonesia. Namun disayangkan, dana untuk infrastruktur hanya disiapkan 2% dari APBN, bahkan di bawah level ideal yaitu 5% dari APBN. Ini disebabkan subsidi energi sudah sangat menekan anggaran, yang seharusnya dapat dialokasikan ke hal lain yang lebih memberi pengaruh signifikan pada pembangunan negeri yaitu infrastruktur. Dari segi perdagangan sendiri, infrastruktur sangat penting dalam menekan jumlah impor dengan perkembangan industri hilir. Kita hanya dapat berharap pemerintah tidak bermain-main dalam hal alokasi anggaran, apalagi menghadapi berbagai tantangan pada 2013-2014.

Pertumbuhan Ekonomi

Terlepas dari berbagai hal spesifik, secara umum banyak yang telah memerediksi peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2013. Bank Indonesia menganalisis pertumbuhan ekonomi 2013 akan berada pada rentang 6,3–6,5 %. Hal yang sama terucap dari Institute of Development of Economics and Finance (Indef). Asian Development Bank atau Bank Pembangunan Asia berkata agak sedikit berbeda, yaitu sekitar 6,3-6,7 %. Sedangkan pemerintah sendiri optimis pertumbuhan ekonomi akan mencapai 6,8% pada 2013. Hal yang berbeda keluar dari BRIGHT Indonesia Institute yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bertengger pada level 5,9%. Lukman Hakim, manager director BRIGHT, mengatakan mencoba realistis padaperkiraannya dengan memasukkan kondisi sosial politik dalam negeri sebagai variabel yang patut diperhitungkan. Jika harus dinyatakan dalam beberapa kalimat, Indonesia Economic Outlook 2013 ini akan berbunyi sebagai berikut: “Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 masih akan memperlihatkan kinerjamakroekonomi yang amat baik. Bahkan, termasuk di antara negara yang pertumbuhan ekonominya tertinggi. Namun, gejala pemburukan akan mulai segera terlihat yang jika tak terantisipasi berpeluang memperlambat atau bahkan menghentikan kecenderungan perbaikan selama beberapa tahun terakhir”.

Pada akhirnya, walaupun optimis mepemerintah dengan realisasi investasi ditambah bonus demografi di Indonesia terlihat sangat memuaskan, hal tersebut jangan sampai membuat kita terlena. Banyak pekerjaan rumah bagi pengambil kebijakan untuk memerkuat fondasi,menekan kelemahan, memanfaatkan kesempatan, dan bertahan dari ancaman. Dapat kita petik pelajaran dari empat negara BRIC (Brasil, Rusia, India, China) yang diperkirakan akan menjadi negara superpower dunia yang baru, ternyata saat inimulai lumpuh dengan kodisi perekonomian yang cukup sulit. Pertumbuhan ekonomi memang sangat penting, tetapi apabila tidak diiringi dengan persiapan dan pembangunan dari dalam, seperti SDM dan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi tersebut akan menyerang balik dengan pertumbuhan permintaan yang tidak mampu diimbangi dengan penawaran dan ketersediaan sarana. Indonesia, yang mendapat ramalan akan menjadi negara maju pada 2030, harus lebih banyak bersiap danbelajar dari pengalaman-pengalaman negara lain. Kesadaran harus segera ditegakkan demi ekonomi yang lebih baik. Perubahan dari dalam adalah keniscayaan untuk dapat mengelola dan memanfaatkan keunggulan dan kekuatan yang dimiliki Indonesia.

Pertumbuhan Indonesia memang cukup stabil dibanding negara lain di tengah krisis yang melanda, namun momentum ini harus dimanfaatkan pemerintah untuk melakukan pembangunan didalam. Overheating ekonomi yangdisebabkan pertumbuhan ekonomi yang terlalu cepat dan tidak diimbangi dengan pembangunan harus dapat dicegah agar dapat menciptakan kestabilan ekonomi makro. Apakah ramalan McKinsey dan OECD benar atau tidak, semuanya tergantungpada Indonesia sendiri. Saya sendiri melihat banyak hal mampu dilakukan oleh Indonesia, sehingga kemungkinan Indonesia akan menjadi negara maju dalam waktu dekat bukanlah kemustahilan. Kolaborasi yang baik antara pemerintah danrakyatnya sangat diperlukan. Walaupun berbagai masalah lain yang juga memengaruhi seperti korupsi, keamanan, hukum juga perlu diperhitungkan, saya cukup positif dengan potensi yang dimiliki Indonesia. Ekonomi makro memang ilmu yang kompleks. Seperti halnya geografi, segalanya saling terhubung dalam suatu jaring kasat mata yang membuat kita harus melihat secara holistik untuk mampu memetakan permasalahannya secara keseluruhan. Hal ini membuat segalanya selaluberada dalam ketidakpastian dan asumsi sangatlah diperlukan. Entah apa yang akan sebenarnya terjadi di tahun mendatang, yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah berharap dan berdo’a, memersiapkan diri untuk perubahan sesungguhnya beberapa tahun kemudian. Ya, kita saat ini cukup mengamati. :).

Untuk Tuhan, Bangsa, danAlmamater.

(PHX)

Kembali
Aditya Firman Ihsan

Aditya Firman Ihsan

Just a seeker of truth

rss researchgate issuu facebook twitter github youtube mail spotify lastfm instagram linkedin google google-plus pinterest medium vimeo stackoverflow reddit quora quora