Kelap kelip pantul air hujan
Tetes gerimis pancar riak genangan
Lembab Udara mencumbui malam
Mengawasiku termangu di pinggir jalan
Hening Sunyi temani langkah kaki
Tetes langit perlahan membasahi
Mengiringi waktu mengganti hari
Membuka Halaman kontemplasi
Hati tak lagi mampu mendeskripsi
Kata tertahan kaku pada puisi
Menghayati segala tanpa mengerti
Pertunjukan Takdir yang Terus menari
Sekan semua mencipta nada
Ragam tanya yang awalnya menyiksa
Kini tersisa hanya hampa
Hilang makna tanpa kuasa
Ah, rembulan pun selalu sembunyi
Ataupun senja tak lagi menemani
Yang ada kelabu tanpa henti
Dengan dingin dan basah mengiringi
Dari cinta hingga semesta
Ku telah lelah menerka
Membawa puncak kesadaran jiwa
Untuk menjadi lebih merdeka