Hidup Sepenuhnya

- 4 mins

cover film Good Will Hunting

Judul : Good Will Hunting

Sutradara : Gus Van Sant

Tanggal Rilis : 9 Januari 1998

Durasi : 126 menit

Genre : Drama

Pemeran : Robin Williams, Matt Damon, Ben Affleck

But you can do anything you want. You are bound by nothing. What are you passionate about? What do you want?” - Sean McGuire

Mengetahui pertama kali judul film ini, sangkaanku jauh dari makna yang sebenarnya. Ternyata Will Hunting adalah nama orang, tokoh utama film ini yang dimainkan oleh Matt Damon, padahal jika diartikan secara harfiah, judulnya bisa berarti “Perburuan Niat Baik”. Namun sebenarnya itu tidak begitu jauh dari isi filmnya, karena film ini secara keseluruhan memperlihatkan bagaimana seorang anak dengan intelejensi tinggi namun memiliki kecerdasan emosional yang begitu rendah.

Menit-menit pertama film ini mungkin akan membuat kita berekspektasi mengenai jalan cerita film sesungguhnya seperti apa. Orang pada awalnya secara otomatis mungkin akan melihat film ini akan berkaitan mengenai matematika atau semacamnya, aku sendiri pun mengetahui film ini sebagai salah satu dari daftar film bertemakan matematika yang diberikan salah satu website, namun tentu saja tidak. Film ini menyimpan makna tersirat tentang kehidupan yang cukup dalam, walau sesungguhnya lebih terfokus pada keadaan psikis seorang anak. Meskipun begitu, sedikit mendekati tengah kita sudah dapat membaca secara umum alur film akan seperti apa tanpa perlu ada twist apapun.

Konsepnya sederhana, namun menyimpan banyak makna. Film ini menceritakan bagaimana seorang anak yang tumbuh tanpa kasih sayang menghasilkan sosok jenius namun tak memiliki perasaan. Di sini Robin Williams sekali lagi menunjukkan wibawanya dalam perannya sebagai Sean McGuire, seorang psikiatri yang berusaha “menyelamatkan” Will Hunting dari hidupnya yang tak berarah. Tentu saja, karena Robin dalam film ini memenangkan Oscar 1998 sebagai aktor terbaik. Aku selalu terpana melihat bagaimana Robin Williams selalu memiliki kharisma tersendiri dalam bermain film, apalagi bagaimana di sini ia terlihat sangat sabar dan bijaksana menghadapi Will yang begitu keras kepala.

Entah kenapa hal yang paling sering ku sorot dalam film ini adalah mengenai pendidikan. Aku melihat dalam film ini bahwa pendidikan saat ini pada umumnya hanya terfokus pada intelejensi ketimbang “mendidik” yang sesungguhnya, yaitu membangkitkan jiwa anak sebagai manusia. Aku sedikit tertampar dengan apa yang dikatakan Will Hunting ketika mengejek seseorang yang sangat textbook oriented, “you dropped 150 grand on a fuckin’ education you could have got for a dollar fifty in late charges at the public library!”. Tentu saja, jika memang hanya sekedar untuk menuntut ilmu pengetahuan, semua sekolah sudah tidak punya tujuan lagi sejak mesin cetak ditemukan.

Berkaitan dengan kutipan sebelumnya, sebenarnya aku seperti melihat Will mengejek dirinya sendiri. Karena sesungguhnya dia benar-benar menjadi orang yang sangat berorientasi dari apa yang telah ia baca, namun berpengalaman sangat sedikit. Salah satu pesan terpenting berkaitan dengan hal ini adalah bahwa banyak membaca tidak sepeunhnya tepat, karena kita akan kehilangan kemampuan untuk menciptakan gagasan sendiri, pikiran pun terbingkai hanya pada wawasan-wawasan yang bersifat non-emosional, bukan dari pengalaman sendiri. Tentu sudah sangat bosan kita mendengar pepatah bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Aku jadi teringat pada Avant-Propos buku Tao of Physics, yang mana di dalamnya tertulis dengan tegas “Berhentilah membaca, berlatihlah praktik, berupayalah mengalami”. Tak ada gunanya berlama-lama menyandarkan diri pada pemikiran orang lain, maka alangkah baiknya mulai mencipta gagasan sendiri, mempraktikkannya, dan belajar dari pengalamannya. Karena dengan demikianlah seseorang dapat hidup sepenuhnya, bukan dengan kekakuan pengetahuan dan doktrin.

Masih tentang pendidikan, dalam tujuannya untuk memanusiakan manusia, dalam film ini diperlihatkan bagaimana menjadi manusia sesungguhnya. Bahwa manusia tidak sekedar memiliki potensial, cerdas, atau semacamnya, tapi bagaimana memiliki passion, mencintai, merasa kehilangan, dan hal-hal lainnya. Selain itu, yang terpenting adalah bagaimana seseorang menjadi dirinya sendiri, bangga dengan dirinya sendiri, sehingga benar-benar secara sadar mengetahui untuk apa ia hidup dan apa yang ia inginkan dalam hidup. Bukankah titik puncak dari pendidikan adalah otentitas diri? Maka itulah yang ingin dicoba bangkitkan oleh Sean dalam diri Will yang selalu mengasingkan diri dan melakukan segala sesuatu tanpa dasar apapun, seperti yang dikutip pada awal tulisan ini.

Konsep ambiguitas makna kebebasan yang selama ini terjadi sebagai bagian dari menjadi manusia diperlihatkan pada film ini. Kebebasan yang sesungguhnya sebagai manusia paripurna adalah yang terbebas dalam hati dan pikiran, artinya secara jujur dan sadar tanpa ketertutupan apapun mengekspresikan dan merengkuh hidupnya semaksimal mungkin. Perbedaannya sangat nyata dengan kebebasan yang sekedar terlepas dari ikatan atau belenggu namun hati dan pikirannya tidak dapat secara sadar dan terbuka memahami tiap tindakannya. Will Hunting menunjukkan bahwa dia adalah free-man namun sesungguhnya dalam hatinya ia terpenjara oleh ketakutan. Memang sesungguhnya untuk dapat bebas secara sepenuhnya bukanlah hal yang mudah, terlalu banyak hal yang manusia takuti di luar dirinya, namun dengan menjadi diri yang bebas lah hidup akan dimiliki sepenuhnya, menikmati setiap rasa sakit dan rasa senang, karena semua perasaan itu yang membuat manusia bisa disebut hidup.

Film-film sarat makna seperti ini memang patut dijadikan rekomendasi, entah dinikmati sendiri atau menjadi bahan diskusi, ketimbang film-film action ataupun sci-fi yang akhir-akhir ini hanya “asal keren” tanpa memiliki aspek pembelajaran yang jelas. Selain mendapat rating 8.3 pada IMDb, Good Will Hunting telah memenangkan 2 Oscar, 1 Golden Globe Awards, dan puluhan penghargaan lainnya. Dengan demikian bagi yang belum pernah menonton, sangat disarankan untuk segera menikmatinya dan mulailah merefleksikan ulang hidup masing-masing.

I can’t learn anything from you, I can’t read in some fuckin’ book. Unless you want to talk about you, who you are.” - Sean McGuire

(PHX)

Kembali
Aditya Firman Ihsan

Aditya Firman Ihsan

Just a seeker of truth

rss researchgate issuu facebook twitter github youtube mail spotify lastfm instagram linkedin google google-plus pinterest medium vimeo stackoverflow reddit quora quora