Tebal: 52 Halaman
Terbit: 14 Mei 2018
Gegara tuntutan tanggung jawab, atas nama jabatan ketua himpunan, idealismeku ku longgarkan untuk memiliki sebuah akun media sosial selain Facebook. Ya, ia bernama LINE. Meskipun pada detik ini akun itu telah almarhum bersama kenangan masa lalu, aku tak ingin 2 tahun bersamanya hanya menjadi sebuah pemuasan hasrat berkomunikasi maya sebagamana orang umumnya. Meski jelas, kebutuhan organisasional himpunan dan kabinet di kampus menjadi pembenaran utama, tetaplah aku merasa penggunaan media sosial terkadang bisa melebihi kebutuhan primanya. Maka ketimbang ia hanya terpendam dalam palung kehidupan dan terlupakan, apa yang tercatat dalam media sosial itu tetaplah berupa jejak arsip yang pernah tercetak dari telapak tanganku. Meskipun tidak terlalu merepresentasikan, ku harap, ini menjadi bagian atas penghargaan memori.
Dan terkait itu, sebagaimana Facebook, aku kembali mengingatkan diriku akan kata seorang kawan: “karya itu suci, jadi penempatannya gak boleh kayak moral koruptor, tercecer-cecer”.
(PHX)